
Presiden Amerika Serikat Donald J. Trump dan Presiden Republik Tajikistan Emomali Rahmon (Hak Cipta Gambar: www.president.tj)
REPORTER.ASIA -- Di tengah dinamika geopolitik mineral kritis yang semakin kompetitif, kawasan Asia Tengah muncul sebagai mitra strategis bagi berbagai kekuatan global. Di tengah upaya Amerika Serikat (AS) mengurangi ketergantungan pada China dalam rantai pasokan logam tanah jarang, pertemuan C5+1 di Gedung Putih menjadi momentum penting bagi pemetaan ulang kerja sama ekonomi, perdagangan, dan keamanan.
Pada kesempatan itu, Presiden Tajikistan Emomali Rahmon menegaskan bahwa negaranya ingin memperluas hubungan ekonomi dan perdagangan dengan AS serta menawarkan cadangan mineral tanah jarang sebagai bahan untuk produksi pusat data kecerdasan buatan generasi berikutnya.
Konteks itu sejalan dengan agenda pemerintahan Presiden Donald Trump yang, dalam pertemuan pada Kamis (6/11/2025), menyatakan komitmennya untuk mencari sumber mineral alternatif demi diversifikasi pasokan AS.
Pada jamuan makan malam bersama para pemimpin Kazakhstan, Uzbekistan, Kirgistan, Tajikistan, dan Turkmenistan, Trump menyebut mineral kritis sebagai prioritas utama. Ia menjelaskan bahwa dalam beberapa pekan terakhir, Washington memperkuat keamanan ekonomi melalui berbagai kesepakatan dengan negara mitra guna memperluas rantai pasokan global.
Pertemuan tersebut berlangsung setelah Trump mencapai kesepakatan sementara dengan Presiden China Xi Jinping. Kesepakatan itu memungkinkan pelonggaran tarif AS sebagai imbalan atas keputusan Beijing mencabut rencana pembatasan ekspor mineral penting. Namun karena sifatnya tidak permanen, AS terus mencari pemasok alternatif untuk memperkuat stabilitas pasokan jangka panjang.
Dalam pidatonya, Trump menegaskan peningkatan kemitraan ekonomi, kerja sama keamanan, dan penguatan hubungan menyeluruh dengan negara-negara Asia Tengah yang dikenal kaya energi dan mineral. Pertemuan C5+1 di Gedung Putih menjadi yang pertama kali dilakukan presiden AS, melanjutkan pertemuan serupa yang digelar Presiden Joe Biden di New York pada 2023.
Negara-negara Asia Tengah memang memiliki cadangan mineral besar, termasuk unsur tanah jarang dan uranium yang berperan penting dalam sejarah industri dan militer kawasan sejak era Soviet. Pada hari yang sama, pemerintahan Trump memfasilitasi perusahaan swasta AS, Cove Capital LLC, untuk mengakuisisi 70% saham dua tambang tungsten terbesar yang belum dikembangkan di Kazakhstan.
Selain tawaran dari Tajikistan, negara-negara Asia Tengah saat ini melihat peluang penguatan ekonomi melalui diversifikasi mitra. Sejak invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada 2022, kawasan tersebut menghadapi tantangan dan penyesuaian akibat gelombang sanksi internasional terhadap Moskow.
Namun, Washington juga meningkatkan tekanan kepada negara-negara mitra agar menghindari praktik penghindaran sanksi, kondisi yang berpotensi memunculkan ketegangan baru. Di sisi lain, Rusia tetap menjadi pusat aktivitas ekonomi dan tujuan utama pekerja migran Asia Tengah.
Dalam pertemuan itu, Trump juga menyinggung usahanya menengahi gencatan senjata antara Kyiv dan Moskow serta mendorong normalisasi hubungan dengan Israel. Kazakhstan sebelumnya mengumumkan bergabung dengan Abraham Accords, kerangka kerja diplomatik dan ekonomi yang digagas Trump.
Para pemimpin Asia Tengah dan AS juga mengumumkan rencana pembelian total 40 pesawat Boeing Co. Trump melalui unggahan di media sosial menyatakan bahwa Uzbekistan berencana berinvestasi lebih dari US$100 miliar di AS dalam kurun 10 tahun, meski Gedung Putih belum merilis rincian tambahan mengenai kesepakatan tersebut.
Sementara itu, dua kekuatan besar lain, Rusia dan China, terus memperkuat jaringan pengaruh mereka di kawasan melalui berbagai pertemuan tingkat tinggi dan kerja sama investasi.
Uni Eropa juga memperluas keterlibatan melalui kemitraan strategis dengan lima negara Asia Tengah, termasuk program investasi sekitar US$13,8 miliar untuk infrastruktur transportasi, energi, dan mineral kritis.