REPORTER.ASIA — Suasana haru dan semangat ukhuwah Islamiyah mewarnai pelaksanaan Festival Baitul Maqdis yang digelar di Masjid Salsabila Tahfidz Boarding School, Banten, pada Ahad (16/11/2025).
Acara bertema “Al Aqsha Memanggil, Sudahkah Kita Menjawab?” ini menghadirkan dua tokoh relawan kemanusiaan sebagai narasumber, yakni Babeh Dzikrullah dan Ode Santi Soekanto, yang menyampaikan pesan kuat tentang tanggung jawab umat Islam terhadap Baitul Maqdis dan pentingnya menumbuhkan kepedulian generasi muda terhadap isu Palestina.
Dalam pemaparannya, Babeh Dzikrullah menegaskan bahwa urusan Baitul Maqdis bukan hanya masalah kemanusiaan, tetapi merupakan tanggung jawab seluruh umat Islam. Ia mengingatkan, Masjid Al Aqsha memiliki hubungan spiritual dan historis yang sangat erat dengan umat Islam sedunia.
“Urusan Baitul Maqdis adalah urusan kita semua sebagai umat Islam. Setiap Muslim memiliki kewajiban untuk peduli dan berkontribusi terhadap perjuangan pembebasan Al Aqsha,” ujarnya di hadapan peserta yang memadati area masjid.
Babeh juga menjelaskan bahwa dua pertiga ayat dalam Al-Qur’an memiliki kaitan dengan Baitul Maqdis, baik secara langsung maupun tidak langsung. Menurutnya, hal ini menunjukkan betapa besar perhatian Allah terhadap tempat suci tersebut.
“Dua pertiga ayat Al-Qur’an berhubungan dengan Baitul Maqdis. Ini menunjukkan betapa strategisnya posisi wilayah itu dalam peradaban Islam,” ungkap wartawan senior ini.
Lebih lanjut, Babeh Dzikrullah menelusuri perjalanan sejarah Baitul Maqdis yang telah mengalami penjajahan sebanyak empat kali. Pertama, pada zaman Nabi Musa, sebagaimana diabadikan dalam Surah Al-Maidah ayat 21–23.
Kedua, ketika wilayah tersebut dijajah oleh kekaisaran Romawi hingga akhirnya dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khattab. Ketiga, masa penaklukan pasukan Salib yang kemudian dibebaskan kembali oleh Shalahuddin Al-Ayyubi.
Dan, Keempat, penjajahan modern yang dilakukan oleh Inggris pada masa Perang Dunia I dan dilanjutkan oleh pendudukan Israel hingga hari ini.
“Sejarah mencatat bahwa pembebasan Baitul Maqdis selalu dilakukan oleh generasi yang memiliki hubungan kuat dengan Al-Qur’an. Karena itu, pembebasan yang akan datang pun membutuhkan generasi Qurani,” kata Babeh Dzikrullah.
Pesan senada disampaikan oleh Ode Santi Soekanto yang menekankan pentingnya menyiapkan generasi Qurani untuk perjuangan membela Al Aqsha.
Selain itu, Ode Santi menekankan pentingnya gerakan ekonomi umat sebagai bentuk dukungan terhadap perjuangan Palestina. Ia mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam gerakan boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan perusahaan pendukung Israel.
“Memboikot produk yang membantu Israel adalah bagian dari perjuangan yang bisa kita lakukan. Tidak semua harus ke medan perang, tapi setiap Muslim punya medan perjuangan masing-masing,” ujarnya.
Mudhirul Ma'had Salsabila Tahfidz Boarding School, Ustadz Afief Nur Aziz Irawan, S.H., mengatakan kegiatan yang dikemas dalam bentuk seminar dan kajian tematik ini bertujuan menumbuhkan kesadaran kolektif umat Islam terhadap isu Palestina, sekaligus memperkuat komitmen spiritual dalam membela Al Aqsha melalui amal nyata.
"Kegiatan ini menjadi momentum reflektif bahwa kepedulian terhadap Baitul Maqdis bukan hanya tanggung jawab bangsa Arab atau Palestina, tetapi merupakan bagian dari amanah keimanan yang melekat pada seluruh umat Islam di dunia," kata Afief menukaskan.
